Mengenakan seragam cokelat khas polisi, Bripka Wahyu Mulyawan (34) berkali-kali mengangkat sayur mayur dari becak barang yang silih berganti datang ke gudang sayur yang terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kamis (2/1/2017)
Sayur-sayur yang didrop ke gudang ini merupakan milik para petani yang bermukin di sekitar gudang tersebut yang dibina oleh seorang personil polisi yang bertugas di Bhabinkamtibmas Polsek Labuhan Deli dan baru saja mendapat penghargaan dari Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel.
Gudang tempat mendrop sayur mayur tersebut juga merupakan buah karya dari Bripka Wahyu untuk membantu para petani untuk menyalurkan hasil pertanianya dengan harga pasaran. Sayuran hasil pertanian para petani ini disalurkan keberbagai penjuru pasar di Kota Medan.
Saat diajak berbincang, Wahyu dengan bangga memperkenalkan bahwa dirinya adalah polisi sayur. Kebanggaanya ini dia sampaikan karena dia merasa dirinya sangat berguna bagi masyarakat yang dia bantu dengan cara menjadi pedagang sayur mayur.
"Perkenalkan saya polisi sayur," ujar Wahyu sambil tertawa seraya menyalami wartawan yang berkunjung ke gudang sayur tersebut. Sebelum memulai berbincang dengan tribun, Bripka Wahyu meminta izin untuk menunaikan salat ashar di lokasi gudang sayurnya.
Ia bercerita bahwa setiap harinya dirinya memang selalu berkutat dengan sayur mayur hasil dari petani yang ada disekitar lingkungan tersebut, baik yang dia sudah bina dengan baik, maupun warga yang masih bekerja sediri-sendiri.
"Hasil sayuran dari petani binaan kami. Ada juga memang dari petani yang lain. Tapi kami lebih mengutamakan yang dari petani binaan. Berapa banyak pun yang diantarnya. Tidak pernah kami tolak dan harganya sesuai harga pasaran," bebernya.
Wahyu memaparkan bahwa mereka dari usahanya ini sudah membuat dunia pertanian yang ada di daerah tersebut seakan bergairah lagi seperti dahulu kala. "Sempat redup memang hasil pertanian disini. Sekarang alhamdunillah sudah mulai semakin digeluti para warga," ujarnya.
Ia menceritakan bahwa mereka menjual hasil pertanian ini warga sebanyak enam pick up setiap harinya, dan selisih harga jual mereka dengan hasil pertanian warga hanya Rp 1.000 setiap kilonya. Hal ini menurutnya selalu dia sampaikan kepada para petani, sehinga pada saat harga barang turun dan naik petani pun tetap percaya kepada mereka.
Bripka Wahyu bercerita inisiatifnya untuk menjalankan idenya ini berawal dari kegelisahannya saat melihat sayur mayur milik petani dipermainkan para pedagang yang jahat. Harga sayur mayur para petani kerap kali tidak dihargai oleh para pedagang tersebut.
"Didepan sana kan ada pasar. Dulu disana aja dijual para warga ini. Saya pun dulu jualan disana pertama kali. Kenapa saya terjun jualan ini? Karena saya tidak tega dengan para petani ini. Bawa hasil panen dari ladang, hingga malam gak ada yang beli. Kemudian malam, datanglah toke-toke yang mau beli dengan harga yang sangat murah," ujarnya.
Ia menuturkan memulai bergelut dengan sayur mayur ini sejak 2014 lalu, dan saat memulaui usahanya dirinya mengatakan mereka sering kali rugi setiap harinya.
"Sering rugi kami awal-awalnya. Bisa sampe nombok dua ratus ribu per hari, cuma setelah dua bulan, sudah mulai ada untung sikit-sikit," ujarnya.
Kemudian setelah dia menerapkan managemen yang bagus akhirnya dia bisa mendapat untung yang lumayan. "Kami belajar terus, kemudian kami perbaiki apa yang kurang. Kami tanya pembeli kami apa yang kurang? kami perbaiki. Kemudian bisa untung. Petani kami pun kami minta panenya sore," ujarnya.
Dari hasil berdagangnya ini, Wahyu memaparkan bahwa setiap bulannya mereka sudah bisa rata-rata meraup untung hingga 28 juta dan sudah mempekerjakan empat pegawai yang digaji Rp 700 ribu setiap minggunya.
"Penghasilan kami setiap bulan ini kami bagi dua. Setengah buat saya dan setengah lagi dengan perkumpulan pedagang kamtibmas. Kemudian bagian saya setengahnya saya sumbangkan ke Zakat. Nah ada juga penghasilan kami pada hari Jumat itu kami sumbangkan ke masjid-masjid," ujarnya.
Sumardi salah seorang petani yang datang menjual hasil pertanianya bercerita bahwa dirinya sangat nyaman sejak kehadiran dari Bripka Wahyu yang mau masuk ke pasar dan membeli dagangan dari petani.
"Dulu susah jualan. Ini tinggal antar aja ke gudang. Kalau dulu saya harus lama dipasar sana menjualnya. Kena panas. Sayuran saya pun jadi ngak segar lagi. Harganya pun sudah turun. Udah begitu kami bawa becak pun ke pasar, kami dimintai kutipan-kutipan. Sejak ada pak Wahyu disini, ngak ada lagi yang mau ngutip-ngutip begitu," ujarnya.
Usaha untuk membantu para warga tidak hanya dilakukan dengan menjadi pedagang, Bripka Wahyu juga membentuk perkumpulan dan membinanya untuk membantu warga yaitu, Perkumpulan Perkumpulan Becak Kamtibmas, Pedagang Kambtibmas, Ojek Kambtibmas, Pedagang Kambtibmas, Petani Kambtimas, Tambak Kambtibmas.
Disetiap perkumpulan ini Bripka Wahyu memberikan bantuan dana dan bantuan pembinaan kepada masyarakat. "Demi kebaikan warga tak apa membantu. Toh apa yang kita berikan akan dilihat sama Allah. Dia maha tahu dan maha segalanya. Tuhan akan membalas apa yang kita lakukan selama ini," ujarnya,
Tangis Haru dan Bangga Sang Istri Tercinta
Mira Rizky Istri Bripka Wahyu saat bercerita tentang perjalanan hidup keluarganya selama delapan tahun pernikahan meneteskan air matanya. Matanya berkaca-kaca, saat bercerita bangga memiliki suami seperti Bripka Wahyu.
"Saya sangat bangga memiliki suami seperti pak Wahyu. Apalagi belakangan ini, saat dia dapat penghargaan, dia selalu bilang terima kasih istriku. Terima kasih anak-anakku yang sudah mendukung kegiatanku selama ini," ujarnya saat bertemu dengan tribun di rumahnya di Jalan Panah Hijau, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Jumat (3/2/2017)
Rizky berkali-kali menahan air matanya menetes dengan memandang langit-langit rumahnya saat berbicang dengan tribun.
"Saya bisa dibilang lebai ini nanti kalau menangis. Saya sudah tahan- tahan ini dari tadi," ujarnya.
Namun buliran air matanya mulai tampak dan ada yang menetes ke wajahnya. Ia pun berusaha menutupinya dengan mengendong anaknya yang lalu lalang di ruang depan rumahnya tersebut.
Ia bercerita bahwa dirinya awalnya keberatan dengan apa yang dilakukan oleh suaminya selama ini. Apalagi dengan kegiatan suaminya tersebut, waktu Bripka Wahyu dengan keluarganya tersita banyak.
"Istri mana yang tidak keberatan waktu suaminya tidak ada untuk keluarga? Saya keberatan sekali waktu itu. Belakangan ini saya sadar. Apa yang dilakukan suami selama ini adalah untuk kebaikan," ujarnya.
Rizky menuturkan bahwa dirinya pernah merajuk kepada suaminya karena, suaminya menggadaikan rumah untuk membantu orang lain bahkan menyuruh suaminya untuk tidur di luar rumah.
"Saya ngambek sekali pernah. Saya nggak setuju rumah ini diagunkan untuk bantu orang. Saya bilang, kalau saya gak terima gaji abang tidak apa-apa tapi jangan rumah juga ikut. Rumah ini untuk anak-anak kita. Tapi tetap saja diagunkan. Kesal kali waktu itu," ujarnya.
"Tidur di garasi pernah. Saya tahu dia tidur setelah saya mau sholat subuh. Saya heran siapalah yang tidur diluar. Ternyata suami saya. Pernah saya tanya kenapa tidur diluar katanya lantaran tidak tega membangunkan kami," ujarnya.
Ia mengatakan selama mereka menikah delapan tahun yang lalu, suaminya memang sangat hobi membantu, dan saat ini dirinya dan anak-anaknya sudah terbiasa. "Selama ini ada-ada saja orang yang datang ke rumah ini. Ada yang datang karena suami istri bertengkar. Saya dan anak-anak juga kadang ikut main ke gudang sayur," ujarnya.
Karena hal yang dilakukan oleh Wahyu ini, sering kali kata Rizky bertemu orang-orang yang tidak dikenalnya memberinya berbagai macam buah tangan. "Ada-ada aja orang di pasar nyapa kita. Ada juga yang ngantar buah-buahan tiba-tiba ke rumah. Rupanya orang-orang yang dibantu pak Wahyu selama ini," bebernya.
Ia bercerita bahwa mereka pernah mendapat pengalaman saat mereka menikah delapan tahun yang lalu, yang mana ada seorang pedagang sate yang membawa daganganya ke lokasi pesta memberikan semua daganganya secara gratis.
"Saya kan dijodohkan sama suami ini. Saat menikah dulu, saya pernah terkejut dengan seorang pedagang sate, yang tiba-tiba datang ngasih sate gratis. Ternyata pedagang sate ini adalah orang yang pernah nabrak suami saya, tapi suami saya malah bantu pedagangnya. Jadi dibilang tukang satenya. Bahwa inilah yang bisa diberikannya untuk membalas kebaikan suami saya," kenangnya.
Pak Wahyu Mengubah Kami
Saat tribun mengikuti keseharian dari Bripka Wahyu saat beraktivitas mulai dari mengunjungi pasar, dan mengunjungi para petani, setiap warga yang bertemu selalu mengajak Bripka wahyu bercengkrama.
Anak-anak yang di temuinya di sepanjang jalan pun selalu menyapanya. Bahkan beberapa diantaranya meminta untuk digendong. Begitu juga saat ketemu warga yang lebih tua darinya, ia selalu menyapanya dan menyalaminya.
"Tiap hari begitu pak Wahyu nya. Keliling-keliling ketemu warga. Kadang singgah dia di rumah. Kadang hanya menyapa. Cuma kami senang. Kampung kami lebih aman. Anak-anak yang bandal pun dah berkurang sejak ada pak Wahyu," ujar Wagimin salah seorang warga yang bertemu Bripka Wahyu.
Menurut Wagimin dengan adanya kebijakan dari Bripka Wahyu membangun berbagai perkumpulan Kamtibmas, banyak lokasi dulunya jadi tempat para orang pengguna narkoba, saat ini sudah menjadi lokasi pertanian.
Legiman salah seorang petani binaan dari Bripka Wahyu menceritakan bahwa dirinya merasa terbantu dengan program dari Bripka Wahyu. "Saya dibantu pupuk, dibantu bibit. Senang sama beliau. Saya terbantu sekali yang bertani ini. Saya panen ngak susah jualnya. Udah begitu tinggal antar, habis antar bisa kerja lagi. Harganya pun bagus sama pak Wahyu," bebernya.
Tetangga-tetangga Bripka Wahyu di Jalan Panah Hijau, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan saat bertemu tribun bercerita bahwa Keluarga Bripka Wahyu adalah keluarga yang baik dan sering bersosialisasi dengan warga. "Baik pak wahyu ini, sering ikut wirid. Dia memang sering kasih sayur, keladi sama tetangga-tetangga," beber Zainab
Zainab menuturukan setiap harinya sering melihat Bripka Wahyu sering pulang pada malam hari, dan setiap akhir pekan banyak yang mengunjungi rumah Wahyu. "Kalau malam minggu kadang banyak kawannya yang datang. Pulangnya sering malam-malam dia pulang," ujarnya.
Warga lainnya Ichwan, menuturkan bahwa Bripka Wahyu adalah orang ramah kepada warga. "Dahulu ngontrak mereka disini. Lama juga orang itu ngontrak. Baru-baru ini saja dia punya rumah sendiri. Selama saya kenal dia polisi yang baik," ujarnya.(*)
0 komentar:
Posting Komentar