Featured Post

loading...

Sabtu, 18 Februari 2017

Usai Membabat Hutan, Astaga, Pria ini Alami 'Keanehan' Lalu Begini Akibatnya


Nasib kehidupan Supardi alias Adi (66) begitu memilukan. Pria tua asal Tulungagung, Jawa Timur ini dipasung selama 44 tahun.
Melansir dari Tribun Jogja, Kondisi memprihatinkan Supardi alias Adi (66), diceritakan oleh netizen Arif Witanto di akun Facebooknya, Kamis (16/2/2017).
Menurut postingan tersebut, warga Desa Podorejo, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur ini adalah sosok yang disegani pada tahun 1960-an.
Ia bahkan disebut-sebut sebagai orang yang berpengaruh di salah satu peristiwa penting yang pernah tercatat di sejarah negeri ini.
Namun, semuanya berubah setelah ia merantau ke Palembang bersama beberapa teman satu desanya.
Tujuh tahun hidup di sana, Adi dan teman-temannya membabat hutan untuk dijadikan perkebunan kopi.
Bukannya menuai sukses, tetapi keanehan justru muncul pada pria berperawakan gagah dan tinggi itu.
Awalnya ia mengeluh bila bulan selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Itu menyebabkan ia gelisah dan mondar-mandir tak jelas.
"Pada saat bersamaan malaria tropis menyerang. Selain Adi, dua orang rekannya yang ikut membabat hutan juga menderita penyakit yang sama.
Satu orang meninggal dunia dan satu orang lainya tidak diketahui rimbanya. Namun sebelum hilang, warga Desa Podorejo ini juga dianggap tidak waras," ungkap Aris.
Begitu keluarga di kampung halaman tahu kondisi Adi, mereka langsung memutuskan membawanya pulang.
Pada tahun 1973 ketika sampai rumah, Adi masih sering mengamuk, mengoceh dan tak bisa mengendalikan emosi.
Ia pun akhirnya dipasung karena sering mengamuk dan membahayakan orang-orang di sekitarnya.
Saat ini, ia tinggal di gubuk kecil di belakang rumah keluarganya, dengan kaki terbelenggu rantai.
Keluarga memutuskan untuk mengganti pasung dengan rantai agar ia dapat sedikit bergerak. "Dia masih bisa merebus air untuk membuat kopi bagi dirinya sendiri," ujar Arif.
Hingga saat ini, Adi telah dirantai selama 44 tahun dan tertinggal bekas warna merah dan kulitnya.
Meskipun demikian, pihak keluarga belum bisa mengajaknya berobat karena terkendala masalah biaya. (*)
BACA SUMBER
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

loading...
Diberdayakan oleh Blogger.
Featured Posts

Most selected posts are waiting for you. Check this out

Stats

Comments

Recent Posts

loading...

Video

Find us on Facebook

LIke Us

Popular Posts

Blog Archive

Featured Post

Mahasiswa Pemasang Poster 'Garudaku Kafir' Menyesali Perbuatannya

Garudaku Kafir TRIBUNEWS.COM, SEMARANG - Rektor Universitas Diponegoro, Yos Johan Utama, memerintahkan Dekan Fisip memproses penempel po...

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support