Dalam sepekan ini kita dikagetkan dengan kasus pembunuhan yang datang silih berganti menghiasi media kita. Ironisnya terduga dan tersangka pelaku bukan orang lain, tapi orang dekat atau sudah menjadi teman dekatnya.
Awalnya kita dikejutkan dengan tewasnya taruna tingkat I di Sekolah Tinggil Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Amirulloh Adityas Putras (18) dianiaya seniornya. Malapetaka itu terjadi saat para seniornya ingin menyerahterimakan, berupa alat drum band atau tam-tam ke juniornya, terutamanya si korban (Amirulloh).
Lalu pembunuhan mahasiswi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Murniarti yang di kamar indekos di Jalan Makmur RT 3 RW 03 Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (10/1/2017) dini hari. Ternyata pelakunya bukan orang jauh tapi kakak kandungnya sendiri. Sebelunya mahasiswi yang bernama Tri Ari Yani Puspo Arum (22) ditemukan tewas di kamar kos di Jalan H. Asmad Ujung, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat, Senin (9/1) pagi. Hingga kini kasusnya belum diketahui pelakunya.
Di Jawa Tengah sendirinya, di Purbalingga dikejutkan tewasnya cucu dan neneknya. Hanani Sulma Mardiyah (24) dan Eti Sulatri (65) ditemukan tewas dibunuh di rumah mereka di Kalikabong, Purbalingga, Rabu (11/1). Ternyata, terduga pelakunya adalah Amin Subechi yang tak terima diputus cintanya. Pelaku ditangkap di sebuah warung di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/1).
Kabar terkini seorang santri kelas II di Pondok Modern Selamat, Kabupaten Kendal, meninggal dunia diduga akibat dianiaya teman satu pondoknya, Jumat, (12/1) dini hari. Kapolsek Patebon Akb Munasir membenarkan, telah terjadi penganiayaan terhadap bernama Dimas Khilmi bin Sulasman (17) yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Menurutnya awalnya pelaku dan korban cekcok mulut yang berujung pada perkelahian, korban yang bertubuh kecil dipukul oleh korban dengan tangan kosong sebanyak dua kali mengenai pelipis kiri dan dilempar di tempat tidur. Pihak RSUD Suwondo mengatakan pihak pondok pesantren membawa korban ke rumah sakit pada Kamis (12/1/2017) malam sudah dalam kondisi meninggal dunia.
Melihat semua kejadian yang begiti miris ini, sudah sedemikian kejamkah dunia saat ini, segala permasalahan yang ada diselesaikan dengan kekerasan yang dipakai penduduk bar bar zaman dulu. Padahal manusia hidup telah dibekali pendidikan agama yang diyakininya, baik di sekolah atau informal. Ternyata, norma-norma agama dan etika yang diajarkan nenek moyang kita telah tergerus budaya kekerasan baik lewat teknologi atau media sosial yang sudah dengan gampang diakses dan dijadikan agama baru bagi generasi saat ini.
Tentu siapa pun tidak ingin, baik kita atau keluarganya hilang nyawanya karena perbuatan keji tersebut, walau maut sudah digariskan 'Sang Pencipta'. Memang, semuanya sudah terjadi dan tidak mungkin kembali diulang. Minimal kita diawali dari unit sosial terkecil yaitu keluarga kita, ajarkan anak-anak nilai-nilai luhur ajaran agama yang kita yakini, adat sopan santun dan rasa peduli kita pada orang lain.
Hindari perilaku kekerasan atau tayangan atau apa pun bentuknya yang sifatnya berbau kekerasan baik fisik dan kata-kata. Minimal diajak bicara, diskusi atau arahan bahwa semua makhluk hidup, khususnya sesama manusia adalah saudara yang tidak boleh dirusak apalagi dilenyapkan. Diharapkan ke depan generasi kita tidak gampang emosi dan melakukan kekerasan yang merugikan orang lain. Semoga! (tribunnews.com)
0 komentar:
Posting Komentar