[portalpiyungan.com] ISTANBUL - Jadi kemarin ketika melakukan bedah media terkait kudeta Turki, baik media lokal Turki, media asing, media lokal Indonesia, ada beberapa HEADLINES media asing yang lead-nya itu mencolok.
Mencolok bagi saya karena saya paham betul tentang lead, dua bulan belajar lead di Anadolu Ajansı(kantor berita Turki).
Setidaknya ada dua hal yang mencolok:
1) Membelokkan situasi sebenarnya
2) Membangun opini berbeda.
Contohnya seperti apa?
Seperti dalam artikel ini (10 Shameful Examples of Western Media Reporting On Turkey Coup)*, sebab memang yang saya temukan kemarin asalnya dari media-media ini. Media Indonesia pun kebanyakan mengambil dari sini pula.
Itu sebabnya, jangan telan mentah-mentah, meski berita itu sesuai dengan harapan kita sekalipun. Biar adil semenjak dalam pikiran.
Demikian disampaikan Herriy Cahyadi, Studies PhD in International Relations at Istanbul University.
Berikut...
(by Shehzade Mustafa)
Sulit untuk terkejut di hari-hari ini, tapi terkadang anda hanya bisa terperangah dengan perilaku tidak terhormat beberapa media.
Dibawah ini adalah sebuah daftar (yang tidak komplit) dari pemberitaan tidak bertanggungjawab, tidak akurat dan terang-terangan berniat buruk oleh berbagai media barat tentang upaya kudeta di Turki. Ini mengekspose banyak diantara mereka yang terlibat dalam perilaku menipu dan propaganda yang bahkan tidak pantas bagi sebuah surat kabar level sekolah.
(1) The Independent
The Independent telah bekerja keras agar bisa sebias mungkin terhadap Erdogan. Disini mereka menaruh tanda kutipan di sekitar kata “pengkhianatan” (treason) karena sepertinya sebuah kudeta militer mematikan terhadap sebuah pemerintahan sipil memberi beberapa ruang untuk meragukan apakah itu merupakan kejahatan terhadap Negara.
(2) The Telegraph
The Telegraph (diantara yang lainnya) bekerja lebih awal untuk mengutip para ahli yang mencoba melegitimasi faksi tentara (yang melakukan kudeta) tersebut dan aksi-aksi mereka dengan melabeli mereka sebagai “penjaga konstitusi sekuler Turki.” Alih-alih menyebutkan mereka sebagai pengkhianat seragam dan bangsa mereka, niat baik hanya dikaitkan/diberikan pada satu sisi.
(3) The New York Times
The New York Times memutuskan menjadikan momen awal dan membingungkan dari sebuah kudeta menjadi waktu yang tepat untuk mengingatkan setiap orang akan obsesi mereka bahwa Erdogan adalah pemimpin otoriter. Lagi-lagi, pemerintah Turki yang sah digambarkan entah bagaimana sebagai tidak terlalu sah karenanya mencoba untuk melembutkan dorongan/kecaman pada pelaku kudeta.
(4) The Times of Malta
The Times of Malta memutuskan untuk lebih jauh lagi dan bersama dengan publikasi lainnya, mulai mentweet seorang sumber UE yang anonim menyebut bahwa kudeta tersebut “kemungkinan akan sukses.” Kondisi tak terverifikasi dari komentar tersebut dan kurangnya integritas jurnalisme dari publikasi tersebut di saat sensitive ini adalah sebuah pengkhianatan menjijikkan dari tanggung jawab jurnalisme. Tentu saja, ini sangat membantu para pengkudeta untuk mencapai tujuan mereka karena memberi kesan mereka telah menang.
(5) Sputnik
Sputnik, media dari Rusia ini tidak pernah akan berimbang, tapi menggambarkan rakyat yang mempertaruhkan nyawa mereka berdemonstrasi melawan kudeta sebagai “merayakan” kudeta sungguh mengikuti buku propaganda Uni Soviet.
(6)
The Daily Beast
The Daily Beast dan banyak publikasi lainnya melampau diri mereka sendiri dengan pesan/pemberitaan yang benar-benar tidak benar dan tidak terjadi yang menyebut bahwa Erdogan telah mencari suaka tidak di satu, tapi di dua Negara Eropa.
Kenyataannya, saat mereka mentweet hal ini – Erdogan telah mendarat di Istanbul meskipun banyak bom yang dilaporkan meledak disana. Seperti yang mereka dan jurnalis lain ketahui, jika Erdogan telah meninggalkan Negara tersebut maka kekuatan yang loyal pada pemerintah mungkin menyerah karena berpikir semua telah hilag.
Meskipun mengetahui bagaimana tingginya pertaruhan disini, mereka tetap mempublikasikan kebohongan terang-terangan ini dan masih tidak memiliki kerendah-hatian untuk meminta maaf atau menginvestigasi siapa yang memberi mereka informasi salah ini (misinformation) dan mengapa
(7) VOX
Tagline Vox adalah “memahami berita” (understand the news). Yang harusnya mereka katakan (tidak usah ditutupi) adalah “memahami berita, 'sejalan' dengan bagaimana KAMI ingin anda memahaminya.”
Mereka menurunkan artikel ini berdasarkan jangka perhatian yang pendek dan kurangnya informasi hingga banyak pembaca akan mengembangkan situasi di Turki dengan/berdasarkannya. Alih-alih memberikan “sebuah panduan jelas”, mereka menaruh disana sebuah hack job (terburu-buru dan berkualitas buruk) yang termasuk opini yang terang-terangan bias seperti ini :
"Erdogan is clearly a threat to Turkish democracy and secularism"
(Erdogan jelas merupakan ancaman bagi demokrasi dan sekulerisme Turki)
"The military had been shockingly quie about these developments recent years"
(Militer secara mengejutkan tetap diam terhadap berbagai perkembangan ini selama bertahun-tahun)
Hal ini tidak berisi jurnalisme. Ini adalah propaganda yang menyamar sebagai jurnalisme.
(8) FoxNews
Fox News melakukan apa yang menjadi "hal terbaik" mereka selama ini. Saat seorang tamu (pembicara tamu, Letkol Raplh Peters) dihadapkan dengan sebuah pertentangan antara sebuah pemerintahan sah yang tidak mereka sukai (Erdogan) dan sebuah kudeta militer brutal yang akan berujung pada ketidakstabilan dan tirani, mereka memilih yang kedua (mendukung kudeta). Tapi setidaknya, mereka (FoxNews) tidak berpura-pura adil dan seimbang.
(9) The Independent (lagi)
The Independent (lagi-lagi) mengambil langkah lebih jauh. Mereka mengeluarkan sebuah artikel ("Turkey coup: conspiracy theorists claim attempt was faked by erdogan") mendiskusikan sebuah teori konspirasi gila bahwa semuanya hanyalah sebuah kebohongan yang dirancang oleh pemerintah persis seperti yang dilakukan Nazi sebelumnya (!) sepertinya, jika itu merupakan anti-Erdogan maka bahkan pandangan/opini yang paling gila, paling xenophobic dan paling tidak bertanggungjawab akan menemukan naungan yang ramah di the Independent.
(Jadi, setelah kudeta gagal, lantas mereka menuduh Erdogan yang merancang kudeta).
(10) Business Insider
Akhirnya, sekarang setelah kudeta telah digagalkan, banyak komentator dan publikasi kembali ke favorit masa lalu mereka -mengeluh Erdogan terlalu otoriter dan kejam.
"Erdogan could use the latest coup attempt to further tighten his grip in"
(Erdogan bisa menggunakan upaya kudeta terbaru untuk lebih memperketat cengkeramannya)
Ini (pemberitaan media) hanyalah puncak dari gunung es. Propaganda media ini menimbulkan pertanyaan serius:
"Why do they all seem so keen to have this leader, this government and this country fall?"
Mengapa mereka semua tampak begitu semangat agar pemimpin ini (Erdogan), pemerintah dan negara Turki ini jatuh?
___
*Sumber: http://muslimmatters.org/2016/07/16/10-shameful-examples-of-western-media-reporting-on-turkey-coup/
The Daily Beast dan banyak publikasi lainnya melampau diri mereka sendiri dengan pesan/pemberitaan yang benar-benar tidak benar dan tidak terjadi yang menyebut bahwa Erdogan telah mencari suaka tidak di satu, tapi di dua Negara Eropa.
Kenyataannya, saat mereka mentweet hal ini – Erdogan telah mendarat di Istanbul meskipun banyak bom yang dilaporkan meledak disana. Seperti yang mereka dan jurnalis lain ketahui, jika Erdogan telah meninggalkan Negara tersebut maka kekuatan yang loyal pada pemerintah mungkin menyerah karena berpikir semua telah hilag.
Meskipun mengetahui bagaimana tingginya pertaruhan disini, mereka tetap mempublikasikan kebohongan terang-terangan ini dan masih tidak memiliki kerendah-hatian untuk meminta maaf atau menginvestigasi siapa yang memberi mereka informasi salah ini (misinformation) dan mengapa
(7) VOX
Tagline Vox adalah “memahami berita” (understand the news). Yang harusnya mereka katakan (tidak usah ditutupi) adalah “memahami berita, 'sejalan' dengan bagaimana KAMI ingin anda memahaminya.”
Mereka menurunkan artikel ini berdasarkan jangka perhatian yang pendek dan kurangnya informasi hingga banyak pembaca akan mengembangkan situasi di Turki dengan/berdasarkannya. Alih-alih memberikan “sebuah panduan jelas”, mereka menaruh disana sebuah hack job (terburu-buru dan berkualitas buruk) yang termasuk opini yang terang-terangan bias seperti ini :
"Erdogan is clearly a threat to Turkish democracy and secularism"
(Erdogan jelas merupakan ancaman bagi demokrasi dan sekulerisme Turki)
"The military had been shockingly quie about these developments recent years"
(Militer secara mengejutkan tetap diam terhadap berbagai perkembangan ini selama bertahun-tahun)
Hal ini tidak berisi jurnalisme. Ini adalah propaganda yang menyamar sebagai jurnalisme.
(8) FoxNews
Fox News melakukan apa yang menjadi "hal terbaik" mereka selama ini. Saat seorang tamu (pembicara tamu, Letkol Raplh Peters) dihadapkan dengan sebuah pertentangan antara sebuah pemerintahan sah yang tidak mereka sukai (Erdogan) dan sebuah kudeta militer brutal yang akan berujung pada ketidakstabilan dan tirani, mereka memilih yang kedua (mendukung kudeta). Tapi setidaknya, mereka (FoxNews) tidak berpura-pura adil dan seimbang.
(9) The Independent (lagi)
The Independent (lagi-lagi) mengambil langkah lebih jauh. Mereka mengeluarkan sebuah artikel ("Turkey coup: conspiracy theorists claim attempt was faked by erdogan") mendiskusikan sebuah teori konspirasi gila bahwa semuanya hanyalah sebuah kebohongan yang dirancang oleh pemerintah persis seperti yang dilakukan Nazi sebelumnya (!) sepertinya, jika itu merupakan anti-Erdogan maka bahkan pandangan/opini yang paling gila, paling xenophobic dan paling tidak bertanggungjawab akan menemukan naungan yang ramah di the Independent.
(Jadi, setelah kudeta gagal, lantas mereka menuduh Erdogan yang merancang kudeta).
(10) Business Insider
Akhirnya, sekarang setelah kudeta telah digagalkan, banyak komentator dan publikasi kembali ke favorit masa lalu mereka -mengeluh Erdogan terlalu otoriter dan kejam.
"Erdogan could use the latest coup attempt to further tighten his grip in"
(Erdogan bisa menggunakan upaya kudeta terbaru untuk lebih memperketat cengkeramannya)
Ini (pemberitaan media) hanyalah puncak dari gunung es. Propaganda media ini menimbulkan pertanyaan serius:
"Why do they all seem so keen to have this leader, this government and this country fall?"
Mengapa mereka semua tampak begitu semangat agar pemimpin ini (Erdogan), pemerintah dan negara Turki ini jatuh?
“Media adalah entitas paling berpengaruh di dunia. Mereka punya kemampuan untuk membuat yang tidak bersalah menjadi salah dan membuat yang bersalah menjadi tidak bersalah. Karena mereka mengendalikan pemikiran massa” -Malcolm X-
___
*Sumber: http://muslimmatters.org/2016/07/16/10-shameful-examples-of-western-media-reporting-on-turkey-coup/
0 komentar:
Posting Komentar